TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Haryadi Sukamdani memprediksi jumlah kunjungan wisatawan asing atau wisman dari Cina ke Indonesia sepanjang 2019 anjlok sebesar 15-20 persen. Penurunan ini terjadi karena kondisi ekonomi Cina memburuk pasca-konflik dagang dengan Amerika Serikat.
"Faktornya murni karena ekonomi. Kalau diperkirakan penurunan kunjungannya hampir 1,5 juta (orang)," kata Haryadi di kantor Asosiasi Pengusaha Indonesia, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 10 Desember 2019.
Melemahnya kunjungan wisman Cina ke Tanah Air telah kentara pada kuartal pertama 2019. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS, pertumbuhan kunjungan wisman asal Cina selama Januari sampai Mei 2019 hanya 2,2 persen.
Posisi pertama Cina sebagai negara dengan kuntributor wisman terbanyak yang berkunjung ke Indonesia pun digeser oleh Malaysia. Kunjungan wisman Malaysia sepanjang lima bulan pertama 2019 justru melonjak 23,04 persen.
Hariyadi mengatakan, tahun depan, kondisi kunjungan wisman Cina ke dalam negeri belum akan bergerak membaik. Ia meminta pemerintah segera melirik pasar wisman dari negara lain dinilai cukup potensial.
Caranya, kata dia, dengan membuka penerbangan-penerbangan internasional langsung atau direct flight ke sejumlah negara yang dilirik. Pintu masuk melalui udara pun, ujar Haryadi, semestinya diperluas tidak hanya Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang dan Bandara Internasional I Gusti Ngurahrai Bali.
Adapun secara kumulatif, Haryadi memperkirakan wisman yang datang ke Indonesia pada 2019 menurun. Realisasi kunjungan hingga Desember nanti ia perkirakan hanya 15,5 juta orang.
Padahal, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada awal tahun menargetkan tingkat kunjungan wisman hingga Desember 2019 mencapai 20 juta. Target itu kemudian dikoreksi menjadi 18 juta wisman karena pelbagai situasi yang menghambat kenaikan kunjungan.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA